PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MAKROEKONOMI
1. Pemikiran Klasik
Teori
makroekonomi yang menjadi pegangan umum para ahli ekonomi sebelum tahun 1937
dijuluki dengan nama teori makroekonomi klasik. Kaum
klasik secara ideologi percaya bahwa sistem di mana setiap orang
betul-betul bebas untuk melakukan kegiatan ekonomi apapun bisa mencapai
kesejahteraan masyarakat secara otomatis (lassez faire).
Menurut mereka, peranan pemerintah harus dibatasi seminimal mungkin, sebab apa
yang bisa dikerjakan oleh pemerintah dapat dikerjakan oleh swasta secara lebih
efisien. Kegiatan pemerintah haruslah dibatasi pada macam-macam kegiatan yang
betul-betul tidak dapat dilakukan oleh swasta dengan efisien misalnya di bidang
pertahanan, pemerintahan, ataupun pendidikan. Dengan ciri ideologi
ini, kita dapat mengetahui bahwa di bidang makroekonomi pun mereka tidak
menghendaki campur tangan pemerintah. Jadi esensi dari teori makroekonomi
adalah suatu perekonomian laissez faire adalah self-regulating yang
artinya mempunyai kemampuan untuk menghasilkan tingkat kegiatan ekonomi
nasional (misalnya GDP) yang efisien (full employment) secara otomatis.
Menurut
kaum klasik, di pasar barang tidak mungkin terjadi kelebihan produksi atau
kekurangan produksi untuk jangka waktu yang lama. Pendapat semacam itu
dilandasi adanya kepercayaan bahwa setiap barang yang diproduksi selalu ada
yang membutuhkan, dan harga-harga adalah fleksibel yang dapat dengan mudah
berubah sehingga kembali pada posisi full employment. Pada
pasar tenaga kerja, bila harga upah cukup fleksibel maka permintaan tenaga
kerja akan selalu seimbang dengan penawaran tenaga kerja. Jadi pada tingkat
upah tersebut tenaga kerja bersedia dibayar sebesar upah tersebut, dan yang
menganggur adalah mereka yang tidak bersedia dibayar pada tingkat upah
tersebut.
Karena
uang tidak dapat menghasilkan apa-apa kecuali mempermudah transaksi, maka uang
yang diminta masyarakat hanya sejumlah kebutuhan akan transaksi. Jadi semakin
banyak transaksi yang dilakukan akan semakin banyak uang tunai yang dibutuhkan
masyarakat. Sedangkan esensi teori klasik di pasar luar negeri
adalah bahwa suatu perekonomian nasional tidak perlu merepotkan diri untuk
menyeimbangkan neraca perdagangannya.
2. Pemikiran Keynes
Keynes
ada pada posisi yang unik dalam sejarah pemikiran ekonomi barat, karena pada
saat-saat krisis
ideologi Keynes
dapat menawarkan suatu pemecahan yang merupakan jalan
tengah. Dia berpendapat bahwa untuk menolong sistem perekonomian
negara-negara tersebut, orang harus bersedia meninggalkan ideologi laissez
taire yang murni. Tidak bisa tidak, pemerintah harus melakukan campur
tangan lebih banyak dalam mengendalikan perekonomian nasional.
Keynes
mengatakan bahwa kegiatan produksi dan pemilikan faktor-faktor produksi masih
tetap bisa dipegang oleh swasta, tetapi pemerintah wajib melakukan
kebijakan-kebijakan yang secara aktif akan mempengaruhi gerak perekonomian.
Sebagai contoh, pada saat terjadi depresi,pemerintah harus bersedia
melakukan program atau kegiatan yang langsung dapat meyerap tenaga kerja (yang
tidak tertampung di sektor swasta), meskipun itu membutuhkan biaya besar.
Inti
dari ideologi Keynesianisme adalah Keynes tidak percaya akan kekuatan hakiki
dari sistem laissez faire untuk mengoreksi
diri sendiri sehingga tercapai kondisi efisien (full employment)
secara otomatis, tetapi kondisi full-employment hanya dapat
dicapai dengan tindakan-tindakan terencana.
3. Pemikiran Moneteris (Monetarism)
|
Selama
tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, di bawah pimpinan ekonom terkenal Milton
Friedman dari
Chicago University (kini hijrah ke
Stanford University) telah berkembang suatu aliran pemikiran (school of
thought) di dalam makroekonomi yang dikenal sebagai aliran
moneteris(monetarism). Para ekonom dari aliran moneteris ini
menyerang pandangan dari aliran Keynesian, terutama menyangkut
penentuan pendapatan yang dinilai oleh mereka sebagai tidak benar. Kaum
moneteris menghendaki agar analisis tentang penentuan pendapatan memberi
penekanan pada pentingnya peranan jumlah uang beredar (money supply) di
dalam perekonomian. Perdebatan yang lain menyangkut : efektifitas antara
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, peranan kebijakan pemerintah, dan
tentang kurva Phillips (kurva yang
menunjukkan bahwa hubungan antara pengangguran dan inflasi adalah
saling berkebalikan).
Bagi
kaum moneteris, jumlah uang beredar merupakan faktor penentu utama dari tingkat
kegiatan ekonomi dan harga-harga di dalam suatu perekonomian. Dalam jangka
pendek (short run), jumlah uang beredar mempengaruhi tingkat output dan
kesempatan kerja; sedangkan dalam jangka panjang (long run) jumlah uang
beredar mempengaruhi tingkat harga atau inflasi. Menurut Milton Friedman
“inflasi ada di mana saja dan selalu merupakan fenomena moneter”. Pertumbuhan
moneter atau uang beredar yang berlebihan dalam hal ini bertanggung jawab atas
timbulnya inflasi, dan pertumbuhan moneter yang tidak stabil bertanggung jawab
atas timbulnya gejolak atau fluktuasi ekonomi. Oleh karena pertumbuhan moneter
sangat berpengaruh terhadap variabilitas, baik variabilitas dalam tingkat harga
maupun pertumbuhan output (GNP), maka kebijakan moneter yang diambil pemerintah
sedapat mungkin haruslah dapat menjamin terciptanya suatu tingkat pertumbuhan
moneter atau jumlah uang beredar yang konstan dan tetap terkendali pada tingkat
yang rendah.
Adapun
gagasan pokok dari aliran moneteris yang dianggap penting di antaranya adalah :
1. Sektor atau
perekonomian swasta pada dasarnya adalah stabil.
2. Kebijakan makroekonomi
aktif seperti kebijakan fiskal dan moneter hanya akan membuat keadaan
perekonomian menjadi lebih buruk. Bahkan secara ekstrim mereka
mengatakan bahwa “kebijakan makroekonomi yang aktif itu lebih merupakan
bagian dari masalah, dan bukan bagian dari solusi”. Dengan perkataan lain,
kaum moneteris menghendaki suatu peran atau campur tangan pemerintah yang
seminimum mungkin di dalam perekonomian.
3. Seperti halnya dengan aliran
Klasik, kaum moneteris berpendapat bahwa harga-harga dan upah di dalam
perekonomian adalah relatif fleksibel, yang akan menjamin keadaan keseimbangan
di dalam perekonomian selalu bisa diwujudkan.
4. Jumlah uang beredar
merupakan faktor penentu yang sangat penting dari tingkat kegiatan ekonomi
secara keseluruhan.
Berbagai
pendapat atau gagasan kaum moneteris di atas, memiliki implikasi kebijakan yang
penting , yaitu :
1. Stabilitas di dalam
pertumbuhan jumlah uang beredarlah yang merupakan kunci dari stabilitas
makroekonomi, dan bukan kebijakan makroekonomi aktif yang menimbulkan fluktuasi
dalam pertumbuhan jumlah uang beredar yang menjadi penentu kestabilan
makroekonomi.
2. Kebijakan fiskal itu
sendiri memiliki pengaruh sistematis yang sangat kecil, baik terhadap
pendapatan nasional riil maupun pendapatan nasional nominal; dan bahwa
kebijakan fiskal (fiscal policy) bukanlah suatu sarana atau alat
stabilisasi yang efektif.
4. Pemikiran Rational
Expectation (Ratex)
Penganut rational
expectation (ratex) tidak lain adalah kelompok klasik baru (new-classical),
karena asumsi ratex dijadikan oleh kaum tersebut sebagai
landasan pokok seluruh analisis dan pemikirannya. John Muth merupakan pencetus
pertama ide ratex dimana pada awal 1960-an ia mengemukan
premis : ”ekspektasi tiap individu bersifat rasional bila ekspentasi tersebut
identik dengan hasil prediksi model”. Premis ini mengandung pengertian bahwa
apabila masyarakat mengetahui benar informasi tentang suatu peristiwa atau kebijakan
maka mereka akan bereaksi dimana reakasi tersebut berciri rasional. Sebagai
gambaran, jika masyarakat mengetahui bahwa jumlah uang beredar meningkat dan
mereka menyadari bahwa dampaknya akan terasa di dalam peningkatan
harga maka ekspektasi harga juga akan ikut
meningkat.
Menurut
penganut model ratex jika dan hanya jika masyarakat membuat
kesalahan ekspektasi maka kebijakan pemerintah dapat memberi hasil, contohnya
pada kebijakan peningkatan jumlah uang beredar berdampak pada peningkatan
output. Walau demikian, paham klasik tentang kekuatan pasar nampaknya sangat
kuat berakar juga pada penganut model ratex. Menurut pandangan
penganut ratex jika kesalahan terjadi, intervensi pemerintah
semacam contoh di atas tetap tidak diinginkan karena ia justru akan
menghasilkan ketidakpastian yang lebih besar lagi. Berbeda dengan pandangan
kaum monetaris dimana mereka masih memberi “ruang” untuk melihat berbagai
dampak kebijakan pemerintah melalui perlakuan eksplisit terhadap faktor adaptive
expectation, khususnya dalam jangka pendek.
Memang
agak sulit untuk membayangkan suatu keadaan dimana individu dapat mengetahui
semua informasi sehingga ekspektasinya menjadi rasional. Seperti tidak kurang
sulitnya untuk membayangkan situasi dimana dalam jangka pendek suatu kebijakan
seperti menaikkan jumlah uang beredar akan tidak mempunyai dampak sama sekali
terhadap tingkat output. Menurut jawaban penganut ratex kesalahan
ekspektasi karena kesulitan memperoleh informasi memang tak dapat dihindarkan
meskipun yang bersangkutan sangat rasional dalam pengambilan keputusan. Dengan
pengertian lain, menurut mereka untuk mempunyai ekspektasi rasional tidak harus
selalu bebas dari membuat kesalahan ekspektasi.
5. Pemikiran New
Classical
Pada
dasarnya munculnya aliran pemikiran ini karena terjadi perubahan fenomena
perekonomian setelah era golden age macroeconomics (1940-1970)
mulai berakhir. Di tahun 70-an (1974-1975) terjadi oil shock dalam
perekonomian dunia dimana harga minyak di pasar dunia meningkat sangat tinggi (oil
boom) sehingga harga-harga meningkat (inflasi) yang sangat
mempengaruhi kondisi ekonomi Amerika.
Aliran
pemikiran ini mengkombinasikan pemikiran monetaris dengan beberapa ide yang
dulu telah dikemukakan oleh aliran klasik, yakni : pasar tenaga kerja dan pasar
kapital akan menyesuaikan secara penuh. Untuk itu, berdasarkan asumsi bahwa
individu mampu mengefisienkan penggunaan informasi yang tersedia dalam membuat
peramalan. Dengan menggunakan tiga alat dari monetaris, market
clearing (mekanisme pasar), dan rational expectation (ekspektasi
rasional). Pemikiran ini melumpuhkan pemikiran Keynesian, dengan menekankan
lagi pada tidak perlunya intervensi pemerintah seperti yang dikemukakan aliran
klasik sebelumnya (Galbraith dan Darity, 1994).
Pemikir
pada aliran ini yang terkenal adalah Edward Prescott. Ia dan
pengikutnya mengembangkan model yang dikenal dengan model siklus bisnis riil (Real
Business Cycle Model atau Model RBC).
Model ini mengasumsikan bahwa output selalu akan berada pada tingkat natural.
Jadi semua fluktuasi output hanyalah pergerakan dari dan ke tingkat output
natural atau dalam kondisi full employment (tidak ada
pengangguran).
Pergerakan
output disebabkan karena adanya kemajuan teknologi (technological progress).
Apabila ada penemuan baru, produktivitas akan meningkat dan menyebabkan output
akan meningkat pula. Peningkatan produktivitas akan meningkatkan upah yang akan
membuat tenaga kerja semakin giat bekerja. Dengan demikian produktivitas akan
meningkatkan output dan kesempatan kerja.
6. Pemikiran New
Keynesian
Penganut
aliran New Keynesian berpendapat bahwa sintesis yang timbul
sebagai respon terhadap kritik ekspektasi rasional pada dasarnya adalah benar,
yakni asumsi yang menyatakan bahwa nilai-nilai ekspektasi perlu menjadi
pertimbangan dalam menentukan perekonomian nasional, dimana nilai tersebut
harus serasional mungkin berdasarkan informasi yang tersedia. Mereka juga
berargumentasi bahwa masih cukup banyak yang harus dipelajari tentang
sifat-sifat dan karakteristik yang tidak selalu sempurna dalam kondisi pasar
yang berbeda, disamping juga tentang implikasi dari ketidak-sempurnaan tersebut
bagi evolusi makroekonomi.
Salah
satu kajiannya berfokus pada aspek menentukan tingkat upah dalam pasar tenaga
kerja. Tingkat upah yang efisien muncul dari suatu gagasan yang apabila upah
yang diterima oleh pekerja adalah terlalu rendah mengakibatkan hal-hal seperti
(a) pekerja tidak termotivasi untuk menghasilkan ouput yang optimal (bermalas-malasan),
(b) masalah tentang moral dalam suatu perusahaan, (c) kesulitan didalam
mendapatkan dan mempertahankan pekerja yang berkualitas, dan lain sebagainya.
Salah seorang yang sangat berpengaruh terhadap issue tersebut adalah George
Akerlof dari Berkeley, yang mempunyai gagasan tentang suatu “norma”,
yang mengkaji apa yang sebenarnya disebut dengan “fair” dan “unfair”.
Penelitian ini menggali aspek sosiologi dan psikologi yang selama ini
ditinggalkan, serta menjelaskan implikasinya terhadap dunia makroekonomi.
Hal
lain yang juga diteliti oleh aliran New Keynesian adalah peran
dari ketidaksempurnaan dalam pasar kredit. Diasumsikan bahwa dampak dari
kebijakan moneter akan bekerja melalui tingkat suku bunga, dimana perusahaan
atau individu dapat meminjam uang dengan tingkat suku bunga yang telah
ditentukan. Didalam kenyataannya, perusahaan dan individu tersebut meminjam
uang dari bank, dimana bank sering merendahkan potensi yang dimiliki oleh
peminjam dibandingkan dengan keinginan bank untuk memberikan pinjamannya pada
tingkat suku bunga yang telah ditentukan. Mengapa hal ini dapat terjadi, dan
bagaimana hal tersebut mempengaruhi pandangan kita tentang bekerjanya suatu
kebijakan moneter menjadikan subyek-subyek kajian dari berbagai penelitian, utamanya
oleh Ben Bernanke dari Princeton.
Hal
lain yang juga dikaji adalah tentang kekakuan dari nilai nominal. Fischer dan Taylor menyatakan
bahwa keputusan untuk merubah tingkat upah atau harga secara tiba-tiba akan
mengakibatkan output dapat menyimpang dari tingkat keseimbangan dalam waktu
yang cukup lama. Kesimpulan ini menimbulkan berbagai isu, apabila perubahan
yang tidak terduga tersebut bertanggungjawab, paling tidak sebagian, terhadap
fluktuasi perekonomian, mengapa penentu tingkat upah atau penentu tingkat harga
tidak dapat mensinkronkan suatu keputusan? Mengapa harga dan upah tidak
disesuaikan lebih sering? Mengapa tidak semua harga dan upah berubah,
katakanlah setiap tanggal 1 setiap bulannya? Didalam menjawab issu-issu
tersebut, Akerlof dan N. Gregory Mankiw (Harvard
University) telah menurunkan suatu hasil yang sangat penting dan menakjubkan,
yang sering disebut dengan biaya menu untuk menerangkan fluktuasi output,
yaitu: Setiap penentu harga atau upah tidak akan sangat jauh berbeda sebagaimana
kapan dan seberapa seringnya seseorang merubah upah atau harganya sendiri (bagi
pengecer, merubah harga setiap hari atau setiap minggu tidak akan memberikan
perbedaan yang mencolok terhadap keuntungan). Oleh karenanya, meskipun biaya
yang dipergunakan untuk melakukan perubahan terhadap harga sangat kecil,
seperti misalnya biaya untuk mencetak sebuah menu, akan mengakibatkan
penyesuaian harga yang sangat jarang dan tak terduga. Hal ini secara umum dapat
menyebabkan penyesuaian yang sangat lambat terhadap tingkat harga, dan pada
akhirnya kepada fluktuasi agregat output yang direspon oleh pergerakan
permintaan agregat. Singkatnya, keputusan-keputusan yang tidak banyak
berpengaruh pada tingkat individu (seberapa sering untuk merubah harga atau
upah) akan mengakibatkan dampak yang luas secara agregat (penyesuaian yang
lambat dari tingkat harga, dan karenanya pengaruh yang besar terhadap
pergerakan dari permintaan dan output agregat).
Dapat
disimpulkan secara singkat bahwa aliran New Keynesian menggali
lebih dalam kepada isu-isu yang berkaitan dengan peranan dari ketidaksempurnaan
pasar terhadap fluktuasi perekonomian.
Pendapatan Nasional =
Pengeluaran Agregat
Posted: November
28, 2010 in Ekonomi
Tags: Aggregate Expenditure, Ekonomi Makro, Jurang Inflasi, Pendapatan Nasional, Pengeluaran Agregat, Resesi, Y=AE
Tags: Aggregate Expenditure, Ekonomi Makro, Jurang Inflasi, Pendapatan Nasional, Pengeluaran Agregat, Resesi, Y=AE
Pendapatan Nasional adalah pendapatan faktor-faktor produksi yang
digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu. Pendapatan
Nasional dapat dihitung menggunakan tiga pendekatan :
- Pengeluaran
- Pendapatan
- Produksi
(Nilai Tambah)
Pendekatan yang
sering digunakan adalah pendekatan pengeluaran dengan mengkumulasi Konsumsi,
Investasi, Pengeluaran Pemerintah, dan Ekspor
Impor.
Y = C + I
+ G + (X-M)
Y = Pendapatan
Nasional
C = Konsumsi
I = Investasi
G = Pengeluaran
Pemerintah
X = Ekspor
M = Impor
Penghitungan
Pendapatan Nasional dengan pendekatan pengeluaran sering dikaitkan dengan
penghitungan Produk Domestik Bruto (Gross Domestic
Brutto). Hal ini dikarenakan GDP itu sendiri
adalah Nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga Negara tersebut dan
warga Negara asing yang ada di negara tersebut. Komponen-komponen dalam penghitungan
pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran ada dalam ruang lingkup GDP.
Pendekatan ini
juga digunakan untuk menghitung keseimbangan pendapatan nasional yaitu pada Pendapatan
Nasional = Pengeluaran Agregat (Y=AE) dimana Pengeluaran Agregat (Aggregate Expenditure) adalah komponen-komponen yang telah
dijelaskan sebelumnya (C, I, G, X, M). Keadaan Y=AE adalah keadaan dimana suatu
perekonomian dalam kondisi seimbang dan Tenaga Kerja Penuh (Full Employment). Dengan kata lain seluruh
penawaran yang tersedia dalam perekonomian dipenuhi oleh permintaan, tidak ada
surplus dan defisit penawaran/permintaan agregat.
Keseimbangan
Perekonomian
Y = AE
Y = C + I (Perekonomian 2 Sektor)
Y = C + I
+ G (Perekonomian 3 Sektor)
Y = C + I
+ G + X – M (Perekonomian 4
Sektor / Perekonomian Terbuka)
Isu I
Keadaan Tenaga
Kerja Penuh (Full Employment) dalam prakteknya tidak pernah terjadi.
Pandangan yang menyatakan kemungkinan tersebut adalah pandangan ekonom klasik
yang menyatakan penawaran menciptakan permintaannya sendiri (Supply creates its own demands). Sekali lagi,
dalam prakteknya keadaan itu tidak pernah terjadi karena kelebihan atau
kekurangan penawaran selalu dihadapi, juga pengangguran yang selalu saja
ditemukan. Maka dari itu diperlukan kebijakan moneter/fiskal untuk memperbaiki
kondisi perekonomian.
Isu II
Kemustahilan
keadaan Full Employment menyebabkan keadaan pengeluaran agregat berada
di atas atau di bawah nilai pendapatan nasional seimbang (Y=AE). Jarak
perbedaan pengeluaran agregat dengan tingkat seimbangnya menghasilkan dua hal:
- Jurang Inflasi (Inflationary
Gap), yaitu kelebihan dalam pengeluaran agregat di atas pengeluaran
agregat pada penngeluaran agregat pada penggunaan tenaga kerja penuh yang
menimbulkan kekurangan barang dan seterusnya kenaikan harga-harga.
- Jurang Deflasi (Deflationary
Gap), yaitu jumlah kekurangan pembelanjaan agregat yang diperlukan
untuk mencapai keseimbangan perekonomian
Isu III
Pengaruh Tingkat
Suku Bunga dan Pendapatan Nasional Riil Terhadap Jumlah Uang Beredar: Implementasi
Error Correction Model
Fernia Niken Susanti, Ghozali Maski
Abstract
Penelitian
ini bertujuan untuk melihat apakah antara tingkat
suku bunga dan pendapatan nasional riil berpengaruh
terhadap jumlah uang beredar (Ml maupun M2). Seberapa besar pengaruh variabel
tingkat suku bunga dan variabel pendapatan nasional riil terhadap jumlah uang
beredar. Di samping itu, penerapan Error Correction
Model (ECM) dalam penelitian ini tidak lain untuk memperoleh gambaran pengaruh
predictor variable (bunga dan pendapatan) dalam jangka pendek dan dalam jangka
panjang. Dengan ECM diharapkan akan diperoleh model estimasi yang tidak
spurious (lancung) dan menjadi inti permasalahan dan pembahasan yang diangkat
dalam penelitian ini. Dalam beberapa teori dikemukakan bahwa penawaran uang
tergantung pada tiga variabel, yaitu kebijakan moneter pemerintah, aktiuitas
perbankan, dan perilaku portofolio masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah model koreksi kesalahan yang merupakan penurunan dari fungsi biaya
kuadrat tunggal. DomouAtz dan Elbadawipada tahun 1987telah menawarkan fungsi
biaya kuadrat tunggal yang cocok untuk menurunkan ECM, yaitu memasukkan vektor
yang mempengaruhi variabel tak bebas dengan bobot tertentu dan diasumsikan
secara Knear tergantung pada variabel bebas pada komponen biaya penyesuaian.
Kata kunci: suku bunga, pendapatan nasional,
jumlah uang beredar, fungsi biaya kuadrat tunggal
1. - Apa yang dimaksud dengan
konsumsi ?
Konsumsi adalah kegiatan pemanfaatan
atau penggunaan barang dan jasa untuk memenuhikebutuhan.
1.1 - Bagaimana rumus persamaannya ?
===> MPC = ∆C / ∆Y dan APC = C /
Y
dan untuk mengetahui perubahan tingkat konsumsi, maka dapat digunakan rumus :
dan untuk mengetahui perubahan tingkat konsumsi, maka dapat digunakan rumus :
===> MPC = ∆S / ∆Y dan APC = S / Y
1.2 - Jenis Pengeluaran apa yang masuk bukan termasuk
kedalam pengeluaran konsumsi tangga?
Yang bukan barang dan jasa yang di gunakan dalam kehidupan
sehari-hari
1.3 - Faktor-faktor apa saja yang memepangaruhi konsumsi
rumah tangga ?
a. faktor-faktor ekonomi
b. faktor-faktor Demografi (kependudukan)
b. faktor-faktor Demografi (kependudukan)
c. faktor-faktor Non-Ekonomi
2. Apa yang dimaksud dengan investasi ?
Investasi adalah mengeluarkan sejumlah uang atau menyimpan
uang pada sesuatu dengan harapan suatu saat mendapat keuntungan financial.
2.1 faktor-faktor yang mempengaruhi
besar kecilnya investasi ?
a. Ramalan masa depan.
b. Tingkat suku bunga.
c. Perubahan dan perkembangan
teknologi.
d. Tingkat pendapatan nasional.
e. Keuntungan Perusahaan.
3. Apa yang dimaksud dengan
pengeluaran pemerintah ?
Pengeluaran pemerintah
(government expenditure) adalah belanja sektor pemerintah termasuk pembelian
barang dan jasa dan pembayaran subsidi. Pengaluaran pemerintah digunakan untuk
melakukan fungsi-fungsi penting pemreintahan, seperti pertahanan nasional dan
pendidikan. Pengeluaran tersebut dibiayai baik dari pajak maupun pinjaman.
3.1 Yang termasuk dalam
pengeluaran pemerintah ?
1)Pengeluaran untuk Belanja
A.Belanja Pemerintah Pusat
-Belanja Pegawa
-Belanja Barang
-Belanja Modal\
-Pembayaran Bunga Utang
-Subsidi
-Belanja Hibah
-Bantuan Sosial
-Belanja Lain-lain
B. Dana yang dialokasikan ke Daerah
-Dana Alokasi Umum (DAU)
-Dana Alokasi Khusus (DAK)
-Dana Otonomi Khusus
2) Pengeluaran untuk pembiayaan
-Pengeluaran untuk Pembiayaan
-Pengeluaran untuk Obligasi
Pemerintah
-Pembayaran Pokok Pinjaman Luar
Negeri
-Pembiayaan lain-lain
4. Yang termaksud
multiplier (angka pengganda) ?
Angka pengganda menggambarkan
perbandingan diantara jumlah pertambahan/pengurangan dalam pendapatan nasional
dengan jumlah pertambahan/pengurangan dalam pengeluaran agregat yang telah
menimbulkan perubahan dalam pendapatan nasional.
5. Apa yang dimaksud dengan
ekuilibrium/keseimbangan ?
Harga keseimbangan atau harga ekuilibrium
adalah harga yang terbentuk pada titik pertemuan kurva permintaan dan kurva
penawaran. Terbentuknya harga dan kuantitas keseimbangan di pasar merupakan
hasil kesepakatan antara pembeli (konsumen) dan penjual (produsen) di mana
kuantitas yang diminta dan yang ditawarkan sama besarnya. Jika keseimbangan ini
telah tercapai, biasanya titik keseimbangan ini akan bertahan lama dan menjadi
patokan pihak pembeli dan pihak penjual dalam menentukan harga.
6. Apa itu inlasi dan penyebabnya ?
Inflasi adalah suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan
dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain,
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak
lancaran distribusi barang.
Penyebabnya :
Inflasi dapat disebabkan oleh dua
hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar) dan yang
kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi
(product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi).
7. yang dimaksud pengganguran
beserta jenisnya ?
Pengangguran sering diartikan
sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau bekerja secara tidak optimal
Jenisnya :
1.
|
Pengangguran Terbuka (Open
Unemployment)
Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang betul-betul tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran ini terjadi ada yang karena belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal dan ada juga yang karena malas mencari pekerjaan atau malas bekerja. |
2.
|
Pengangguran Terselubung
(Disguessed Unemployment)
Pengangguran terselubung yaitu pengangguran yang terjadi karena terlalu banyaknya tenaga kerja untuk satu unit pekerjaan padahal dengan mengurangi tenaga kerja tersebut sampai jumlah tertentu tetap tidak mengurangi jumlah produksi. Pengangguran terselubung bisa juga terjadi karena seseorang yang bekerja tidak sesuai dengan bakat dan kemampuannya, akhirnya bekerja tidak optimal.Contoh: Pada sebuah kantor terdapat 10 tenaga administrasi yang menangani pekerjaan yang ada. Padahal dengan jumlah tenaga 6 orang saja semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik. Akibatnya para pegawai tersebut bekerja tidak optimal dan bagi kantor tentu merupakan suatu pemborosan |
3.
|
Setengah Menganggur (Under
Unemployment)
Setengah menganggur ialah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada pekerjaan untuk sementara waktu. Ada yang mengatakan bahwa tenaga kerja setengah menganggur ini adalah tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu atau kurang dari 7 jam sehari. Misalnya seorang buruh bangunan yang telah menyelesaikan pekerjaan di suatu proyek, untuk sementara menganggur sambil menunggu proyek berikutnya. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar