Kamis, 27 Maret 2014

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MAKROEKONOMI BY ARIE ZUYA

PERKEMBANGAN  PEMIKIRAN  MAKROEKONOMI
  1. Pemikiran  Klasik
         Teori makroekonomi yang menjadi pegangan umum para ahli ekonomi sebelum tahun 1937 dijuluki dengan nama teori makroekonomi  klasik Kaum klasik  secara ideologi percaya bahwa sistem di mana setiap orang betul-betul bebas untuk melakukan kegiatan ekonomi apapun bisa mencapai kesejahteraan masyarakat secara otomatis (lassez faire). Menurut mereka, peranan pemerintah harus dibatasi seminimal mungkin, sebab apa yang bisa dikerjakan oleh pemerintah dapat dikerjakan oleh swasta secara lebih efisien. Kegiatan pemerintah haruslah dibatasi pada macam-macam kegiatan yang betul-betul tidak dapat dilakukan oleh swasta dengan efisien misalnya di bidang pertahanan, pemerintahan, ataupun pendidikan.  Dengan ciri ideologi ini, kita dapat mengetahui bahwa di bidang makroekonomi pun mereka tidak menghendaki campur tangan pemerintah. Jadi esensi dari teori makroekonomi adalah  suatu perekonomian laissez faire  adalah self-regulating yang artinya mempunyai kemampuan untuk menghasilkan tingkat kegiatan ekonomi nasional (misalnya GDP) yang efisien (full employment) secara otomatis.
         Menurut kaum klasik, di pasar barang tidak mungkin terjadi kelebihan produksi atau kekurangan produksi untuk jangka waktu yang lama. Pendapat semacam itu dilandasi adanya kepercayaan bahwa setiap barang yang diproduksi selalu ada yang membutuhkan, dan harga-harga adalah fleksibel yang dapat dengan mudah berubah sehingga kembali pada posisi full employment. Pada pasar tenaga kerja, bila harga upah cukup fleksibel maka permintaan tenaga kerja akan selalu seimbang dengan penawaran tenaga kerja. Jadi pada tingkat upah tersebut tenaga kerja bersedia dibayar sebesar upah tersebut, dan yang menganggur adalah mereka yang tidak bersedia dibayar pada tingkat upah tersebut.
         Karena uang tidak dapat menghasilkan apa-apa kecuali mempermudah transaksi, maka uang yang diminta masyarakat hanya sejumlah kebutuhan akan transaksi. Jadi semakin banyak transaksi yang dilakukan akan semakin banyak uang tunai yang dibutuhkan masyarakat.  Sedangkan esensi teori klasik di pasar luar negeri adalah bahwa suatu perekonomian nasional tidak perlu merepotkan diri untuk menyeimbangkan neraca perdagangannya.
2. Pemikiran Keynes
         Keynes ada pada posisi yang unik dalam sejarah pemikiran ekonomi barat, karena pada saat-saat krisis  ideologi Keynes dapat  menawarkan suatu pemecahan yang merupakan jalan tengah.  Dia berpendapat bahwa untuk menolong sistem perekonomian negara-negara tersebut, orang harus bersedia meninggalkan ideologi laissez taire yang murni. Tidak bisa tidak, pemerintah harus melakukan campur tangan lebih banyak  dalam mengendalikan perekonomian nasional.
         Keynes mengatakan bahwa kegiatan produksi dan pemilikan faktor-faktor produksi masih tetap bisa dipegang oleh swasta, tetapi pemerintah wajib melakukan kebijakan-kebijakan yang secara aktif akan mempengaruhi gerak perekonomian. Sebagai contoh, pada saat terjadi depresi,pemerintah harus bersedia melakukan program atau kegiatan yang langsung dapat meyerap tenaga kerja (yang tidak tertampung di sektor swasta), meskipun itu membutuhkan biaya besar.
         Inti dari ideologi Keynesianisme adalah Keynes tidak percaya akan kekuatan hakiki dari sistem laissez faire untuk mengoreksi diri  sendiri sehingga tercapai kondisi efisien (full employment) secara otomatis, tetapi kondisi full-employment hanya dapat dicapai dengan tindakan-tindakan terencana.
3. Pemikiran Moneteris (Monetarism)



         Selama tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, di bawah pimpinan ekonom terkenal Milton Friedman dari  Chicago University (kini hijrah ke Stanford University) telah berkembang suatu aliran pemikiran (school of thought) di dalam makroekonomi yang dikenal sebagai aliran moneteris(monetarism). Para ekonom dari aliran moneteris ini menyerang pandangan dari aliran Keynesian, terutama menyangkut penentuan pendapatan yang dinilai oleh mereka sebagai tidak benar. Kaum moneteris menghendaki agar analisis tentang penentuan pendapatan memberi penekanan pada pentingnya peranan jumlah uang beredar (money supply) di dalam perekonomian. Perdebatan yang lain menyangkut : efektifitas antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, peranan kebijakan pemerintah, dan tentang kurva Phillips (kurva yang menunjukkan  bahwa hubungan antara pengangguran dan inflasi adalah saling berkebalikan).
         Bagi kaum moneteris, jumlah uang beredar merupakan faktor penentu utama dari tingkat kegiatan ekonomi dan harga-harga di dalam suatu perekonomian. Dalam jangka pendek (short run), jumlah uang beredar mempengaruhi tingkat output dan kesempatan kerja; sedangkan dalam jangka panjang (long run) jumlah uang beredar mempengaruhi tingkat harga atau inflasi. Menurut Milton Friedman “inflasi ada di mana saja dan selalu merupakan fenomena moneter”. Pertumbuhan moneter atau uang beredar yang berlebihan dalam hal ini bertanggung jawab atas timbulnya inflasi, dan pertumbuhan moneter yang tidak stabil bertanggung jawab atas timbulnya gejolak atau fluktuasi ekonomi. Oleh karena pertumbuhan moneter sangat berpengaruh terhadap variabilitas, baik variabilitas dalam tingkat harga maupun pertumbuhan output (GNP), maka kebijakan moneter yang diambil pemerintah sedapat mungkin haruslah dapat menjamin terciptanya suatu tingkat pertumbuhan moneter atau jumlah uang beredar yang konstan dan tetap terkendali pada tingkat yang rendah.
         Adapun gagasan pokok dari aliran moneteris yang dianggap penting di antaranya adalah :
1.      Sektor atau perekonomian swasta pada dasarnya adalah stabil.
2.  Kebijakan makroekonomi aktif seperti kebijakan fiskal dan moneter hanya akan membuat keadaan perekonomian menjadi lebih buruk.  Bahkan secara ekstrim mereka mengatakan bahwa “kebijakan makroekonomi yang aktif itu lebih merupakan bagian dari masalah, dan bukan bagian dari solusi”. Dengan perkataan lain, kaum moneteris menghendaki suatu peran atau campur tangan pemerintah yang seminimum mungkin di dalam perekonomian.
3.  Seperti halnya dengan aliran Klasik, kaum moneteris berpendapat bahwa harga-harga dan upah di dalam perekonomian adalah relatif fleksibel, yang akan menjamin keadaan keseimbangan di dalam perekonomian selalu bisa diwujudkan.
4.  Jumlah uang beredar merupakan faktor penentu yang sangat penting dari tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
           Berbagai pendapat atau gagasan kaum moneteris di atas, memiliki implikasi kebijakan yang penting , yaitu :
1.  Stabilitas di dalam pertumbuhan jumlah uang beredarlah yang merupakan kunci dari stabilitas makroekonomi, dan bukan kebijakan makroekonomi aktif yang menimbulkan fluktuasi dalam pertumbuhan jumlah uang beredar yang menjadi penentu kestabilan makroekonomi.
2.  Kebijakan fiskal itu sendiri memiliki pengaruh sistematis yang sangat kecil, baik terhadap pendapatan nasional riil maupun pendapatan nasional nominal; dan bahwa kebijakan fiskal (fiscal policy) bukanlah suatu sarana atau alat stabilisasi yang efektif.

4. Pemikiran Rational Expectation (Ratex)
          Penganut rational expectation (ratex) tidak lain adalah kelompok klasik baru (new-classical), karena asumsi ratex dijadikan oleh kaum tersebut sebagai landasan pokok seluruh analisis dan pemikirannya. John Muth merupakan pencetus pertama ide ratex dimana pada awal 1960-an ia mengemukan premis : ”ekspektasi tiap individu bersifat rasional bila ekspentasi tersebut identik dengan hasil prediksi model”. Premis ini mengandung pengertian bahwa apabila masyarakat mengetahui benar informasi tentang suatu peristiwa atau kebijakan maka mereka akan bereaksi dimana reakasi tersebut berciri rasional. Sebagai gambaran, jika masyarakat mengetahui bahwa jumlah uang beredar meningkat dan mereka  menyadari bahwa dampaknya akan terasa di dalam peningkatan harga maka ekspektasi harga juga akan ikut meningkat.      
          Menurut penganut model ratex jika dan hanya jika masyarakat membuat kesalahan ekspektasi maka kebijakan pemerintah dapat memberi hasil, contohnya pada kebijakan peningkatan jumlah uang beredar berdampak pada peningkatan output. Walau demikian, paham klasik tentang kekuatan pasar nampaknya sangat kuat berakar juga pada penganut model ratex. Menurut pandangan penganut ratex jika kesalahan terjadi, intervensi pemerintah semacam contoh di atas tetap tidak diinginkan karena ia justru akan menghasilkan ketidakpastian yang lebih besar lagi. Berbeda dengan pandangan kaum monetaris dimana mereka masih memberi “ruang” untuk melihat berbagai dampak kebijakan pemerintah melalui perlakuan eksplisit terhadap faktor adaptive expectation, khususnya dalam jangka pendek.
         Memang agak sulit untuk membayangkan suatu keadaan dimana individu dapat mengetahui semua informasi sehingga ekspektasinya menjadi rasional. Seperti tidak kurang sulitnya untuk membayangkan situasi dimana dalam jangka pendek suatu kebijakan seperti menaikkan jumlah uang beredar akan tidak mempunyai dampak sama sekali terhadap tingkat output. Menurut jawaban penganut ratex kesalahan ekspektasi karena kesulitan memperoleh informasi memang tak dapat dihindarkan meskipun yang bersangkutan sangat rasional dalam pengambilan keputusan. Dengan pengertian lain, menurut mereka untuk mempunyai ekspektasi rasional tidak harus selalu bebas dari membuat kesalahan ekspektasi.
5. Pemikiran New Classical
         Pada dasarnya munculnya aliran pemikiran ini karena terjadi perubahan fenomena perekonomian setelah era golden age macroeconomics (1940-1970) mulai berakhir. Di tahun 70-an (1974-1975) terjadi oil shock dalam perekonomian dunia dimana harga minyak di pasar dunia meningkat sangat tinggi (oil boom) sehingga harga-harga meningkat (inflasi) yang sangat mempengaruhi kondisi ekonomi Amerika.
         Aliran pemikiran ini mengkombinasikan pemikiran monetaris dengan beberapa ide yang dulu telah dikemukakan oleh aliran klasik, yakni : pasar tenaga kerja dan pasar kapital akan menyesuaikan secara penuh. Untuk itu, berdasarkan asumsi bahwa individu mampu mengefisienkan penggunaan informasi yang tersedia dalam membuat peramalan. Dengan menggunakan tiga alat dari monetaris, market clearing (mekanisme pasar), dan rational expectation (ekspektasi rasional). Pemikiran ini melumpuhkan pemikiran Keynesian, dengan menekankan lagi pada tidak perlunya intervensi pemerintah seperti yang dikemukakan aliran klasik sebelumnya (Galbraith dan Darity, 1994).
         Pemikir pada aliran ini yang terkenal adalah Edward Prescott. Ia dan pengikutnya mengembangkan model yang dikenal dengan model siklus bisnis riil (Real Business Cycle Model atau Model RBC). Model ini mengasumsikan bahwa output selalu akan berada pada tingkat natural. Jadi semua fluktuasi output hanyalah pergerakan dari dan ke tingkat output natural atau dalam kondisi full employment (tidak ada pengangguran).
         Pergerakan output disebabkan karena adanya kemajuan teknologi (technological progress). Apabila ada penemuan baru, produktivitas akan meningkat dan menyebabkan output akan meningkat pula. Peningkatan produktivitas akan meningkatkan upah yang akan membuat tenaga kerja semakin giat bekerja. Dengan demikian produktivitas akan meningkatkan output dan kesempatan kerja.
 6. Pemikiran New Keynesian
         Penganut aliran New Keynesian berpendapat bahwa sintesis yang timbul sebagai respon terhadap kritik ekspektasi rasional pada dasarnya adalah benar, yakni asumsi yang menyatakan bahwa nilai-nilai ekspektasi perlu menjadi pertimbangan dalam menentukan perekonomian nasional, dimana nilai tersebut harus serasional mungkin berdasarkan informasi yang tersedia. Mereka juga berargumentasi bahwa masih cukup banyak yang harus dipelajari tentang sifat-sifat dan karakteristik yang tidak selalu sempurna dalam kondisi pasar yang berbeda, disamping juga tentang implikasi dari ketidak-sempurnaan tersebut bagi evolusi makroekonomi.
          Salah satu kajiannya berfokus pada aspek menentukan tingkat upah dalam pasar tenaga kerja. Tingkat upah yang efisien muncul dari suatu gagasan yang apabila upah yang diterima oleh pekerja adalah terlalu rendah mengakibatkan hal-hal seperti (a) pekerja tidak termotivasi untuk menghasilkan ouput yang optimal (bermalas-malasan), (b) masalah tentang moral dalam suatu perusahaan, (c) kesulitan didalam mendapatkan dan mempertahankan pekerja yang berkualitas, dan lain sebagainya. Salah seorang yang sangat berpengaruh terhadap issue tersebut adalah George Akerlof dari Berkeley, yang mempunyai gagasan tentang suatu “norma”, yang mengkaji apa yang sebenarnya disebut dengan “fair” dan “unfair”. Penelitian ini menggali aspek sosiologi dan psikologi yang selama ini ditinggalkan, serta menjelaskan implikasinya terhadap dunia makroekonomi.
         Hal lain yang juga diteliti oleh aliran New Keynesian adalah peran dari ketidaksempurnaan dalam pasar kredit. Diasumsikan bahwa dampak dari kebijakan moneter akan bekerja melalui tingkat suku bunga, dimana perusahaan atau individu dapat meminjam uang dengan tingkat suku bunga yang telah ditentukan. Didalam kenyataannya, perusahaan dan individu tersebut meminjam uang dari bank, dimana bank sering merendahkan potensi yang dimiliki oleh peminjam dibandingkan dengan keinginan bank untuk memberikan pinjamannya pada tingkat suku bunga yang telah ditentukan. Mengapa hal ini dapat terjadi, dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi pandangan kita tentang bekerjanya suatu kebijakan moneter menjadikan subyek-subyek kajian dari berbagai penelitian, utamanya oleh Ben Bernanke dari Princeton. 
         Hal lain yang juga dikaji adalah tentang kekakuan dari nilai nominal. Fischer dan Taylor menyatakan bahwa keputusan untuk merubah tingkat upah atau harga secara tiba-tiba akan mengakibatkan output dapat menyimpang dari tingkat keseimbangan dalam waktu yang cukup lama. Kesimpulan ini menimbulkan berbagai isu, apabila perubahan yang tidak terduga tersebut bertanggungjawab, paling tidak sebagian, terhadap fluktuasi perekonomian, mengapa penentu tingkat upah atau penentu tingkat harga tidak dapat mensinkronkan suatu keputusan? Mengapa harga dan upah tidak disesuaikan lebih sering? Mengapa tidak semua harga dan upah berubah, katakanlah setiap tanggal 1 setiap bulannya? Didalam menjawab issu-issu tersebut, Akerlof dan N. Gregory Mankiw (Harvard University) telah menurunkan suatu hasil yang sangat penting dan menakjubkan, yang sering disebut dengan biaya menu untuk menerangkan fluktuasi output, yaitu: Setiap penentu harga atau upah tidak akan sangat jauh berbeda sebagaimana kapan dan seberapa seringnya seseorang merubah upah atau harganya sendiri (bagi pengecer, merubah harga setiap hari atau setiap minggu tidak akan memberikan perbedaan yang mencolok terhadap keuntungan). Oleh karenanya, meskipun biaya yang dipergunakan untuk melakukan perubahan terhadap harga sangat kecil, seperti misalnya biaya untuk mencetak sebuah menu, akan mengakibatkan penyesuaian harga yang sangat jarang dan tak terduga. Hal ini secara umum dapat menyebabkan penyesuaian yang sangat lambat terhadap tingkat harga, dan pada akhirnya kepada fluktuasi agregat output yang direspon oleh pergerakan permintaan agregat. Singkatnya, keputusan-keputusan yang tidak banyak berpengaruh pada tingkat individu (seberapa sering untuk merubah harga atau upah) akan mengakibatkan dampak yang luas secara agregat (penyesuaian yang lambat dari tingkat harga, dan karenanya pengaruh yang besar terhadap pergerakan dari permintaan dan output agregat).
         Dapat disimpulkan secara singkat bahwa aliran New Keynesian menggali lebih dalam kepada isu-isu yang berkaitan dengan peranan dari ketidaksempurnaan pasar terhadap fluktuasi perekonomian.

Pendapatan Nasional = Pengeluaran Agregat

0
Pendapatan Nasional adalah pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu. Pendapatan Nasional dapat dihitung menggunakan tiga pendekatan :
  • Pengeluaran
  • Pendapatan
  • Produksi (Nilai Tambah)
Pendekatan yang sering digunakan adalah pendekatan pengeluaran dengan mengkumulasi Konsumsi, Investasi, Pengeluaran Pemerintah, dan Ekspor Impor.
Y = C + I + G + (X-M)
Y = Pendapatan Nasional
C = Konsumsi
I = Investasi
G = Pengeluaran Pemerintah
X = Ekspor
M = Impor
Penghitungan Pendapatan Nasional dengan pendekatan pengeluaran sering dikaitkan dengan penghitungan Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Brutto). Hal ini dikarenakan GDP itu sendiri adalah Nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga Negara tersebut dan warga Negara asing yang ada di negara tersebut. Komponen-komponen dalam penghitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran ada dalam ruang lingkup GDP.
Pendekatan ini juga digunakan untuk menghitung keseimbangan pendapatan nasional yaitu pada Pendapatan Nasional = Pengeluaran Agregat (Y=AE) dimana Pengeluaran Agregat (Aggregate Expenditure) adalah komponen-komponen yang telah dijelaskan sebelumnya (C, I, G, X, M). Keadaan Y=AE adalah keadaan dimana suatu perekonomian dalam kondisi seimbang dan Tenaga Kerja Penuh (Full Employment). Dengan kata lain seluruh penawaran yang tersedia dalam perekonomian dipenuhi oleh permintaan, tidak ada surplus dan defisit penawaran/permintaan agregat.
Keseimbangan Perekonomian
Y = AE
Y = C + I (Perekonomian 2 Sektor)
Y = C + I + G (Perekonomian 3 Sektor)
Y = C + I + G + X – M (Perekonomian 4 Sektor / Perekonomian Terbuka)
Isu I
Keadaan Tenaga Kerja Penuh (Full Employment) dalam prakteknya tidak pernah terjadi. Pandangan yang menyatakan kemungkinan tersebut adalah pandangan ekonom klasik yang menyatakan penawaran menciptakan permintaannya sendiri (Supply creates its own demands). Sekali lagi, dalam prakteknya keadaan itu tidak pernah terjadi karena kelebihan atau kekurangan penawaran selalu dihadapi, juga pengangguran yang selalu saja ditemukan. Maka dari itu diperlukan kebijakan moneter/fiskal untuk memperbaiki kondisi perekonomian.
Isu II
Kemustahilan keadaan Full Employment menyebabkan keadaan pengeluaran agregat berada di atas atau di bawah nilai pendapatan nasional seimbang (Y=AE). Jarak perbedaan pengeluaran agregat dengan tingkat seimbangnya menghasilkan dua hal:
  1. Jurang Inflasi (Inflationary Gap), yaitu kelebihan dalam pengeluaran agregat di atas pengeluaran agregat pada penngeluaran agregat pada penggunaan tenaga kerja penuh yang menimbulkan kekurangan barang dan seterusnya kenaikan harga-harga.
  2. Jurang Deflasi (Deflationary Gap), yaitu jumlah kekurangan pembelanjaan agregat yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan perekonomian
Isu III

Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Pendapatan Nasional Riil Terhadap Jumlah Uang Beredar: Implementasi Error Correction Model

Fernia Niken Susanti, Ghozali Maski

Abstract


Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah antara tingkat suku bunga dan pendapatan nasional riil berpengaruh terhadap jumlah uang beredar (Ml maupun M2). Seberapa besar pengaruh variabel tingkat suku bunga dan variabel pendapatan nasional riil terhadap jumlah uang beredar. Di samping itu, penerapan Error Correction Model (ECM) dalam penelitian ini tidak lain untuk memperoleh gambaran pengaruh predictor variable (bunga dan pendapatan) dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang. Dengan ECM diharapkan akan diperoleh model estimasi yang tidak spurious (lancung) dan menjadi inti permasalahan dan pembahasan yang diangkat dalam penelitian ini. Dalam beberapa teori dikemukakan bahwa penawaran uang tergantung pada tiga variabel, yaitu kebijakan moneter pemerintah, aktiuitas perbankan, dan perilaku portofolio masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model koreksi kesalahan yang merupakan penurunan dari fungsi biaya kuadrat tunggal. DomouAtz dan Elbadawipada tahun 1987telah menawarkan fungsi biaya kuadrat tunggal yang cocok untuk menurunkan ECM, yaitu memasukkan vektor yang mempengaruhi variabel tak bebas dengan bobot tertentu dan diasumsikan secara Knear tergantung pada variabel bebas pada komponen biaya penyesuaian.
Kata kunci: suku bunga, pendapatan nasional, jumlah uang beredar, fungsi biaya kuadrat tunggal

Diposkan oleh Stephen Sanjaya di 03.47

1. - Apa yang dimaksud dengan konsumsi ?
Konsumsi adalah kegiatan pemanfaatan atau penggunaan barang dan jasa untuk memenuhikebutuhan.

1.1 - Bagaimana rumus persamaannya ?
===> MPC = ∆C / ∆Y dan APC = C / Y
dan untuk mengetahui perubahan tingkat konsumsi, maka dapat digunakan rumus :
===> MPC = ∆S / ∆Y dan APC = S / Y
1.2 - Jenis Pengeluaran apa yang masuk bukan termasuk kedalam pengeluaran konsumsi tangga?
Yang bukan barang dan jasa yang di gunakan dalam kehidupan sehari-hari
1.3 - Faktor-faktor apa saja yang memepangaruhi konsumsi rumah tangga ?
a. faktor-faktor ekonomi
b. faktor-faktor Demografi (kependudukan)
c. faktor-faktor Non-Ekonomi
2. Apa yang dimaksud dengan investasi ?
Investasi adalah mengeluarkan sejumlah uang atau menyimpan uang pada sesuatu dengan harapan suatu saat mendapat keuntungan financial.
2.1 faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi ?
a. Ramalan masa depan.
b. Tingkat suku bunga.
c. Perubahan dan perkembangan teknologi.
d. Tingkat pendapatan nasional.
e. Keuntungan Perusahaan.

3. Apa yang dimaksud dengan pengeluaran pemerintah ?
Pengeluaran pemerintah (government expenditure) adalah belanja sektor pemerintah termasuk pembelian barang dan jasa dan pembayaran subsidi. Pengaluaran pemerintah digunakan untuk melakukan fungsi-fungsi penting pemreintahan, seperti pertahanan nasional dan pendidikan. Pengeluaran tersebut dibiayai baik dari pajak maupun pinjaman.
3.1 Yang termasuk dalam pengeluaran pemerintah ?
1)Pengeluaran untuk Belanja
A.Belanja Pemerintah Pusat
-Belanja Pegawa
-Belanja Barang
-Belanja Modal\
-Pembayaran Bunga Utang
-Subsidi
-Belanja Hibah
-Bantuan Sosial
-Belanja Lain-lain

B. Dana yang dialokasikan ke Daerah
-Dana Alokasi Umum (DAU)
-Dana Alokasi Khusus (DAK)
-Dana Otonomi Khusus

2) Pengeluaran untuk pembiayaan
-Pengeluaran untuk Pembiayaan
-Pengeluaran untuk Obligasi Pemerintah
-Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
-Pembiayaan lain-lain

4. Yang termaksud multiplier (angka pengganda) ?
Angka pengganda menggambarkan perbandingan diantara jumlah pertambahan/pengurangan dalam pendapatan nasional dengan jumlah pertambahan/pengurangan dalam pengeluaran agregat yang telah menimbulkan perubahan dalam pendapatan nasional.

5. Apa yang dimaksud dengan ekuilibrium/keseimbangan ?
Harga keseimbangan atau harga ekuilibrium adalah harga yang terbentuk pada titik pertemuan kurva permintaan dan kurva penawaran. Terbentuknya harga dan kuantitas keseimbangan di pasar merupakan hasil kesepakatan antara pembeli (konsumen) dan penjual (produsen) di mana kuantitas yang diminta dan yang ditawarkan sama besarnya. Jika keseimbangan ini telah tercapai, biasanya titik keseimbangan ini akan bertahan lama dan menjadi patokan pihak pembeli dan pihak penjual dalam menentukan harga.

6. Apa itu inlasi dan penyebabnya ?
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang.

Penyebabnya :

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi).

7. yang dimaksud pengganguran beserta jenisnya ?

Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau bekerja secara tidak optimal

Jenisnya :


1.
Pengangguran Terbuka (Open Unemployment)
Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang betul-betul tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran ini terjadi ada yang karena belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal dan ada juga yang karena malas mencari pekerjaan atau malas bekerja.
2.
Pengangguran Terselubung (Disguessed Unemployment)
Pengangguran terselubung yaitu pengangguran yang terjadi karena terlalu banyaknya tenaga kerja untuk satu unit pekerjaan padahal dengan mengurangi tenaga kerja tersebut sampai jumlah tertentu tetap tidak mengurangi jumlah produksi. Pengangguran terselubung bisa juga terjadi karena seseorang yang bekerja tidak sesuai dengan bakat dan kemampuannya, akhirnya bekerja tidak optimal.Contoh:
Pada sebuah kantor terdapat 10 tenaga administrasi yang menangani pekerjaan yang ada. Padahal dengan jumlah tenaga 6 orang saja semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik. Akibatnya para pegawai tersebut bekerja tidak optimal dan bagi kantor tentu merupakan suatu pemborosan
3.
Setengah Menganggur (Under Unemployment)
Setengah menganggur ialah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada pekerjaan untuk sementara waktu. Ada yang mengatakan bahwa tenaga kerja setengah menganggur ini adalah tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu atau kurang dari 7 jam sehari. Misalnya seorang buruh bangunan yang telah menyelesaikan pekerjaan di suatu proyek, untuk sementara menganggur sambil menunggu proyek berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar